Saturday, June 27, 2009

Megapa Memilih Agama Islam





Mengapa memilih Islam, apa yang membedakan Islam dengan agama lain, apa keistimewaan-keistimewaannya? Berbicara ihwal ciri-ciri khas agama Islam yang memikat perhatian dan membedakannya dari agama-agama lainnya adalah yang pertama dan paling menarik. Diantaranya, agama Islam menyangkal pendapat bahwa Islam memonopoli kebenaran dan menyangkal bahwa tidak pernah ada agama-agama lainnya yang benar. Begitu pula Islam tidak menyatakan bahwa hanya orang-orang Arab-lah yang telah menjadi wadah penerima kasih sayang Tuhan. Islam merupakan saru-satunya agama yang sama sekali menolak anggapan bahwa kebenaran adalah monopoli suatu agama, suatu umat atau suatu kaum.
Kebalikannya agama Islam berpendapat bahwa bimbingan samawi adalah suatu rahmat semesta yang telah menunjang peri kehidupan manusia dari abad ke abad. Kitab Suci Alquran mengatakan kepada kita bahwa tidak satu umat satu bangsa pun yang tidak pernah dikaruniai rahmat bimbingan samawi. Begitu pula tidak ada suatu agama pun di dunia ini atau suatu umat yang tak pernah dikunjungi oleh nabi-nabi dan rasul-rasul dari Tuhan (Q.S. 35:35)

Bertolak belakang dari pandangan Islam mengenai manifestasi rahmat Allah kepada segenap umat manusia di dunia ini pikiran kita tertarik oleh kenyataan bahwa tidak ada sebuah kitab suci dari agama manapun yang membuktikan atau bahkan menyebutkan kemungkinan adanya umat atau kaum lainnya di dalam lembaran sejarah yang menerima cahaya dan menerima bimbingan dari Allah. Pada hakikatnya kebenaran dan keabsahan suatu agama lokal ataupun regional acapkali begitu rupa ditekankan sedangkan kebenaran agama-agma lainnya sama sekali tidak dihiraukan, seakan-akan matahari kebenaran itu hanya terbit dan tenggelam di ufuk yang terbatas pada kaum tertentu dengan mengesampingkan penghuni dunia lain selebihnya yang seakan-akan ditinggalkan dan tenggelam dalam kegelapan abadi.

Umpamanya Kitab Bible mengemukakan hanya Tuhan Israel dan secara berulang-ulang mengatakan:

Segala puji bagi Tuhan, Allah orang Israel (I tawarikh, 16:17)

Kitab itu sedikitpun tidak mengukuhkan kebenaran wahyu-wahyu yang dilimpahkan kepada negeri-negeri lainnya atau kepada kaum-kaum lainnya. Dengan demikian kepercayaan orang-orang Yahudi bahwa semua nabi bangsa Israel diutus hanya kepada suku-suku bangsa Israel adalah sepenuhnya sejalan dengan tujuan dan amanat Bible. Yesusu pun telah menyatakan bahwa kedatangan beliau dimaksudkan untuk memberi bimbingan kepada suku bangsa Ibrani saja, dan beliau telah mengatakan:”

“Tiadalah aku disuruh kepada yang lain, hanya kepada domba yang sesat dari antara Bani Israel” (Matius 15:24)

Dan beliau memperingatkan murid-muridnya dengan kata-kata sebagai berikut:

“Tidak patut roti anak-anak, lalu mencampakkannya kepada anjing”. ( Matius 15:26)

Seperi itu pula halnya Agama Hindu dan juga kitab sucinya menunjukkan seruannya kepada golongan orang dari kasta yang tinggi. Dikatakan:

“Kalau seorang kebetulan mendengar sebaris ayat Veda, Raja harus mematerai telinganya dengan cairan lilin dan timah”

dan,

“Kalau ia membaca satu bagian kitab Suci, lidahnya harus dipotong, kalau ia berhasil membaca veda badannya harus dipotong-potong.” (Gotama Smirti:12)

bahkan jikapun kita mengindahkan perintah-perintah yang keras serupa itu atau kita memberikan sedikit ulasan yang tidak begitu keras terhadap perintah-perintah itu, kenyataan tetap ada bahwa kitab-kitab suci berbagai agama tidak terang-terangan mengisyaratkan kepada kebenaran agama-agama dari negeri-negeri dan kaum-kaum lainnya. Pertanyaan mendasar yang timbul disini adalah andaikata semua agama ini pada hakikatnya benar lalu apa pula hikmahnya mengemukakan konsep ketuhanan dengan kata-kata yang begitu terbatas wasannya serupa itu? Alquran dengan mudah memberikan pemecahan terhadap situasi yang pelik ini. Alquran mengatakan bahwa bahkan sebelum Alquran diwahyukan dan nabi Besar Muhammad saw diutus, Rasul-rasul Allah sungguh sunguh telah diutus kepada tiap-tiap kaum dan tiap bagian dunia, namun daerah liputan agama-agama itu bersifat regional atau berlaku sementara. Hal ini adalah karena peradaban manusia belum lagi mencapai tugas universal diutus untuk mengemban amanat semesta.

Agama Universal

Halaman pertama kitab Suci Alquran juga menyampaikan sanjung puji kepada Allah, Tuhan sekalian alam, dan amanat terakhir Alquran mengemukakan konsep wawasan alam semesta-bukan hanya konsep Tuhan bangsa Arab atau Tuhan orang-orang Islam belaka. Sesungguhnya tiada seorangpun sebelum nabi Besar Muhammad menghimbau kepada seluruh umat manusia dan tidak ada suatu kitab sebelum kitab suci Alquran seruannya ditujukan kepada seluruh dunia. Pengakuan pertama yang serupa itu dibuat bagi pribadi Nabi Muhammad saw dengan kata-kata sebagai berikut:

''Dan kami mengutus engakau (muhammad) melainkan sebagai pembawa kabar suka dan pemberi peringatan untuk segenap manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (As-Saba:29)

dan kemudian:

“Katakanlah (hai Muhammad), 'Hai manusia sesungguhnya aku rasul kepada kamu sekalian” (Al-A'raf:159)

Dan bila Alquran menyebut sendiri sebagai memberi peringatan bagi sekalian alam (at-takwir:28) Alquran memelihara identitasnya sebagai pemberi petunjuk yang padanya bergantung perkembangan serta kemajuan manusia. Berulangkali Alquran telah disebut “yang mengukuhkan kebenaran” kitab-kitab suci lainnya dan orang-orang Muslim diperintahkan untuk mempercayai semua nabi lainnya persis seperti cara mereka mempercayai nabi mereka sendiri. (nabi Muhammad saw). Dalam itikad kami dilarang membeda-bedakan diantara para nabi yaitu tidak boleh percaya hanya kepada sebagian dan menolak kepada sebagian yang lain. Alquran menyatakan:

“(Kami) semua beriman kepada Allah dan malaikat-malaikat-Nya, dan Kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya dengan mengatakan, 'Kami tidak membeda-bedakan rasul-rsulNya satu terhadap lainnya” (Albaqarah :286)

Adalah menarik sekali untuk mengkaji sisi keuniversalan Islam ini serta mengapa Islam telah begitu menekankan sekali pada hal ini. Islam berderap maju secara terus menerus dengan membawa pesan untuk menyatukan umat manusia. Contoh derap langkah ini di zaman kita adalah berdirinya bermacam-macam badan dan federasi internasional. Sesungguhnya semua badan dan federasi itu merupakan batu-batu tonggak kilometer di sepanjang jalan perjalanan yang jauh lagi bersimpang-simpangan menuju kesatuan seluruh umat manusia. Oleh karena itu kebutuhan yang amat diraskan oleh manusia yang maju lagi beradab masa kini telah terpenuhi dengan menanam benih pemecahan masalah ini dalam amanat ajaran islam 100 tahun yang lalu. Tentu saja dewasa ini pembangunan yang frekuensinya cepat dalam bidang perjalanan dan komunikasi memberikan rangsangan baru kepada proses menuju kesatuan kaum-kaum dan bangsa-bangsa.

Perbedaan dan Pertentangan Paham antara Agama-agama dan Realita Mereka

Pertanyaan yang mencuat adalah jika semua agama sebenarnya didirikan oleh Rasul-rasul Tuhan mengapakah ada perbedaan-perbedaan didalam ajaran-ajaran agama mereka? Dapatkah Tuhan yang itu juga menurunkan ajaran-ajaran yang berlainan? Pertanyaan ini hanya terjawab oleh Islam dan ini pun merupakan ciri pembeda agama ini. Islam berpendirian bahwa ada dua hal pokok yang menyebabkan perbedaan-perbedaan paham antara berbagai agama. Pertama ialah beragamnya keadaan telah menghendaki beragamnya peraturan dan hukum, dan Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Bijaksana telah memberi bimbingan untuk berbagai abad, wilayah dan bangsa sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka masing-masing. Kedua, kandungan berbagai agama jadi luntur dan layu ditelan masa, karena keaslian agama-agma itu tidak terpelihara, pengikut-pengikut mereka sendiri memasukkan bid'ah-bid'ah dan varisi-variasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa berubah. Dan kitab-kitab wahyu yang asli terus meneerus diubah untuk tujuan ini. Sudah jelas pencemaran atas keaslian ajaran serupa itu pada akhirnya memberlakukan petunjuk baru yang menyimpang dari sumbernya yang asli. Sebagaimana Tuhan berfirman di dalam Alquran sebagai berikut:

“Mereka memutarbalikaan perkataan dari tempat-tempatnya dan melupakan sebagian dari apa yang telah dinasehatkan kepada mereka” (Al-Maidah:14)

Jika kita menelusuri sejarah perbedaan-perbedaan antara berbagai agama dengan berpedoman pada prinsip-proinsip yang dikemukakan oleh Alquran, maka kita akan menjumpai bahwa perbedaan-perbedaan itu cenderung berkurang kalau kita mencapai lebih dekat kepada sumbernya sendiri. Umpamanya, jika kita mambatasi perbedaan antara Kristen dan Islam hanya kepada kehidupan Yesus dan keempat Injil dalam perjanjian baru maka akan nampak hanya ada perbedaan-perbedaan sangat kecil antara ajaran-ajaran pokok Bibel dan Alquran. Akan tetapi kalau kita terus menjelajahi jalur jalan raya zaman maka jurang pebedaan-perbedaan ini akan semakin membesar hingga menjadi sama sekali tak terejembatani. Dan semuanya itu adalah disebabkan oleh upaya manusia untuk mengoreksi apa yang telah diwahyukan secara asli. Sejarah agama lainya pun menyingkap realitas dasar yang sama dan kita mendapatkan dukungn yang kuat dari Alquan bahwa perubahan-perubahan dan pengkoreksian-pengkoreksian yang dibuat oleh tangan manusia terhadap ajaran Tuhan, selamanya berpangkal tolak dari penyembahan kepada satu Tuhan menuju kepada lebih dari satu Tuhan, dan dari realitas menuju fiksi, dan dari kemanusiaan menuju praktek penyembahan kepada makhluk-makhluk manusia.

Alquran mengatakan kepada kita bahwa jalan yang paling pasti untuk mengenal ciri suatu agama yang benar-kendatipun kemudian mengalami campur tangan manusia-adalah memeriksa sumber aslinya. Jika sumber aslinya mengajarkan keesaan Tuhan, tidak menyembah apapun kecuali Tuhan yang Maha Esa dan mengajarkan rasa kasih sayang yang sejati lagi murni kepada seluruh manusia. Maka agama yang seperti itu-kendatipun kemudian sudah mengalami perubahan-perubahan- harus diterima sebagai agama yang benar. Para pendiri agama-agama yang menggenapi tolak ukur adalah benar-benar wujud-wujud yang bertakwa lagi saleh dan adalah rasul-rasul yang diutus oleh Tuhan, mengenai mereka kami tidak membedakan antara satu sama lain dan kami harus sepenuhnya mempercayai kebenaran mereka, Mereka sama-sama memiliki ciri-ciri khas yang menadsar kendati mereka berbeda dalam waktu dan tempat. Alquran menerangkan seperti ini:

“Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan lurus serta mendirikan shalat dan membayar zakat. Dan itulah agama yang benar. (Al Bayyinah:6)

Sebuah Agama yang Benar

Ciri pembeda Islam lainnya adalah agama ini tidak saja mengumumkan sifat keuniversalanya melainkan juga mengumumkan karakternya yang abadi dan selanjutnya memenuhi prasyarat-prasyarat pengumuman yang serupa itu. Umpamanya suatu amanat dapat berlaku abadi jika amanat itu lengkap dan sempurna dalam setiap aspeknya dan juga kebenaran isinya terjamin. Dengan perkataan lain Kitabnya harus menyandang jaminan Ilahi aman dari pengkoreksian dan campur tangqn manusia. Adapun mengenai Alquran Tuhan Yang Maha Kuasa sendiri mengumumkan di dalam Alquran:

“Hari ini telah Kusempurnakan agamamu bagimu, dan telah Kulengakapkan nikmatKu atasmu dan telah Kusukai Islam sebagai agama” (Al-Maidah:4)

Pemeliharaan Alquran

Sebagaimana telah saya utarakan suatu ajaran itu besifat abadi tidaklah memadai hanya harus lengkap lagi sempurna belaka, melainkan juga harus ada jaminan pemeliharaan atas bentuknya yang orisinil. Alquran cukup menggenapi kebutuhan fundamental ini, dan wujud yang menurunkan Alquran ini telah mengumumkan dengan kata-kata yang seterang-terangnya:

“Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab ini dan sesungguhnya Kamilah pemeliharanya” (Al Hijr:10)

Dengan perkataan lain Tuhan sendiri akan menjaganya dan tidak akan pernah membiarkannya dicampur-tangani manusia. Sebuah cara menjaga keutuhan teksnya sesuai dengan kehendak Ilahi ialah di dalam tiap tiap abad senantiasa ada ratusan ribu orang yang talah menghafal Alquran di luar kepala dan prakteknya ini berlanjut sampai hari ini. Dan tolak ukur yang pokok untuk menjaga maksud dan inti kandungan amanat itu adalah sunnah (kebisaan) Allah mengangkat para juru bimbing, mushlih-mushlih, pembaharu-pembaharu di abad kemudian. Mereka biasa diutus sebagai pemimpin-pemimpin rohani oleh Yang Maha Kuasa sendiri, dan atas bimbingan samawi biasa menengahi perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan paham diantara penganut-penganut agama Islam. Dengan cara demikian menjaga keutuhan jiwa sejati Kitab suci Alquran.

Tentu saja timbul pertanyaan, adakah pengakuan Alquran mengenai pemeliharaannya juga didukung oleh bukti yang terpercaya? Sebuah kunci jawaban terhadap pertanyaan ini terletak pada kenyataan bahwa terdapat sejumlah besar pakar riset non-Musllim yang sama sekali telah gagal dalam upaya mereka menunjukkan bahwa teks Alquran telah dicampur tangani manusia sesudah nabi Besar Muhammad saw wafat. Pdda hakikatnya terdapat pakar riset yang ekstensif dalam lapangan ini-menyatakan secara terbuka bahwa Alquran telah terpelihara dan terjaga seutuhnya dalam bentuk yang asli. Misalnya Sir William Muir dalam bukunya, “the Life of Muhammad'” mengatakan:

“Kami dapat menyatakan atas dugaan yang paling kuat, bahwa setiap ayat merupakan komposisi asli dan utuh dari Muhammad sendiri. (the Life of Muhammaad, hal 28)

dan Juga:

“Selain ada segala pengamanan luar dan dalam sehingga kita memiliki teks yang Muhammad kemukakan dan gunakan sendiri (Ibid, hal 27)

Noldeke berkata:

“Ada kemungkian kesalahan penulisan sedikit akan tetapi Quran Utsman mengandung tiada lain kecuali unsur-unsur yang asli walaupun terkadang tata susunannya sangat ganjil. Upaya-upaya para sarjana Eropa untuk membuktikan adanya penyisipan-peyisipan dalam Alquran di masa kemudian telah gagal. (Enc. Brit. Sdisi ke-9 di bawah kata Quran)

Sebuah Agama yang Lengkap

Adapun mengenai pengakuan Islam yang beda dari yang lain lagi unik bahwa ajaran-ajaran Quran ini lengkap lagi sempurna serta sepenuhnya mampu memberi tuntutan kepada umat manusia dari abad ke abad ini pun didukung sepenuhnya oleh keterangan. Adalah tidak mungkin membahas pokok ini secara terinci dalam waktu yang sesingkat ini dan saya harus membatasi diri pada acuan ringkas mengenai beberapa asas penuntun dan contoh-contoh sebagai gambaran. Pertama kita harus memperhatikan bagaimana Islam berhasil dalam memenuhi tuntutan zaman yang senantiasa berubah itu, yang dengan demikian mengantisipasi kebutuhan untuk mengadakan suatu koreksi di dalam ajarannya. Sungguh mempesonakan untuk mengakaji tuntutan amal yang disarankan oleh Islam berkenaan dengan hal ini dan mengenainya sekarang akan saya kemukakan di hadapan anda sekalian sebagai contoh:

Islam mendasarkan hanya prinsip-prinsip yang mendasar dan mencegah dirinya dari menyebutkan detail yang mungkin bisa berganti dalam menangulangi tuntutan zaman dan situasi yang senantiasa berubah itu. Islam tidak hanya mengakui kenyataan bahwa terjadi perubahan dan perkembangan mereka pada taraf tertentu dalam satu zaman. Misalnya adalah mungkin sebagian bumi ini dihuni oleh bangsa yang masih hidup di abad batu, dan beberapa kelompok manusia dan suku bangsa mungkin masih berada seribu tahun di belakang abad kita ini., meskipun kita sama-sama berada didalam zaman yang sama. Keadaan intelek sosial dan politik mereka sebenarnya masih tertinggal seabad jauh di belakang. Saya yakin kita semua akan setuju bahwa suatu tindakan yang sangat tolol kalau memaksakan ideologi-ideologi politik modern kepada bangsa-bangsa pribumi di Australia atau kepada bangsa pigmi di negeri Kongo.

Islam adalah suatu agama yang menyelaraskan diri dengan sifat manusia dan memenuhi semua kebutuhan manusia, perubahan tidak diperlukan di dalam ajaran-ajrannya, kecuali kalau terjadi juga perubahan yang fundamental di dalam sifat manusia-suatu pandangan yang dapat segera kita singkirkan. Ini merupakan beberapa butir penting dalam prinsip-prinsip ajaran Islam. Sekarang saya akan membahas butir tersebut sedikit lebih jauh supaya uraian saya dapat dipahami sepenuhnya.

Zakat dan Uang Bunga

Islam mencela institusi uang bunga dalam segala bentuknya dan menganjurkan dengan keras supaya menghilangkan nya secara total. Gaya motivasi yang dikemukakannya untuk menggatikan uang bunga, guna menggerakkan roda ekonomi itu disebut zakat. Jelas saya tidak membahas masalah ini secara mendetail dalam waktu yang tersedia ini, dan oleh karena itu saya hanya akan menyampaikan beberapa perkataan mengenai metodologi yang dipakai oleh Alquran untuk mengemukakan inti-inti ajarannya dalam lingkup suasana yang penting ini. Zakat adalah satu tatanan untuk memungut pajak permodalan, yang direalisasikan dari orang-orang yang berada. Disamping memenuhi tuntutan-tuntutan negara pajak ini dimaksudkan untuk meemnuhi kebututahn-kebutuhan orang-orang miskin. Dengan perkataan lain tatanan atau sistem ini tidak saja memenuhi kebutuhan-kebutuhan mekanisme pemerintah akan tetapi juga menjamin untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kesejahteraan masyarakat. Semua yang telah dilakukan itu adalah untuk meletakkan prinsip dasar dan menyerahkannya kepada pribadi-pribadi yang memiliki penalaran dan wawasan pengertian yang mendalam untuk memutuskan perkara-perkara yang kecil sesuai dengan kondisi-kondisi yang dominan di dalam lingkungan khusus pada zaman tertentu. Alquran mengatakan bahwa di dalam harta mereka yang jumlahnya melebihi dan melewati batas keperluan pokok mereka pun ada bagian untuk mereka yang tidak berkempuan untuk memenuhi dasar keperluan hidup serta dianggap tak mampu di dalam lingkungan mereka. Hal ini jelas membuktiakn bahwa merupakan hak setiap orang untuk mempunyai keperluan hidup pokok tertentu yang diberikan kepadanya di tiap-tiap negeri dan masyarakat sedangkan yang bertanggungjawab melaksanakan kewajiban ini adalah mereka yang memiliki kekayaan yang melmpuai batas keperluan pokok mereka dengan menyerahkan kepada negara untuk mengambil keputusan atas dasar kerjanya yang menjamin agar sistem itu baik, adil, tidak berat sebelah dan cocok untuk memenuhi tujuan pokoknya.

Pengarahan-Pengarahan dalam Urusan Politik


Masalah besar internasional lainnya yang dihadapkan kepada kita dewasa ini ialah penetapan bentuk pemerintahan untuk wilayah atau negeri tertentu. Disinipun asas-asas tuntunan agama Islam itu begitu relevan, berbobot, dan elastis sehingga kebenarannya serta keter-amalkannya menjadi bukti akan kebenarannya sendiri. Tiada seorangpun dapat menyangkal bahwa bentuk pemerintahan tertentu dianggap cocok atau sebaliknya tidak cocok hanya bila diterapkan pada seperangkat keadaan tertentu. Dan sia-sialah membayangkan bahwa suatu sistem politik tertentu dapat memenuhi kebutuhan semua bangsa semua zaman. Justru itu sebabnya Islam tidak menentukan bentuk pemerintahan yang tertentu. Begitu pula Islam tidak mengemukakan bentuk demokrasi atau sosialis juga tidak menyarankan untuk kerajaan atau bentuk kediktatoran. Alih-alih mengembang-luaskan metode-metode untuk mengakkan pemeritahan-pemerintahan, Islam menjelaskan prinsipnya untuk menjalankan urusan-urusan politik dan pemerintahan dengan cara yng khas dan menetapkan persyaratan bahwa tak peduli apa bentuknya-kewajiban-kewajiban suatu pemerintah harus senantiasa dilaksanakan dengan adil dan tidak berat sebelah, dengan simpati, selamanya memenuhi dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.

Dengan demikian alih-alih menekankan pada segmen pertama definisi yang populer tentang demokrasi, yaitu “pemerintahan oleh rakyat”, Islam menekankan bahwa bentuk pemerintahan apapun harus dalam segala keadaan menjadi “untuk rakyat”. Maka kalau demokrasi disebut diantara bentuk-bentuk pemerintah lainnya penekanan sebenarnya adalah pada kualitasnya. Dikatakan bahwa demokrasi itu tidak boleh demokrasi yang kosong, tetapi bahwa mereka yang memilih pemimpin-pemimnpin mereka haruslah orang-orang yang kompeten, dimotivasi oleh kejujuran untuk memilih mereka yang hanya benar-benar mampu bekerja dan berkualitas. Ini telah dijadikan oleh Alquran persyaratan memilih pemimpin:

“Sesungghnya Allah memerintahkan kamu supaya menyerahkan amanat-amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menghakimi antara manusia hendaklah memutuskan dengan adil. (An-Nisa:59)

Kemudian sebagai natijahnya pemerintahan bentuk apa saja yang mungkin didirikan, pemerintah itu wajib dengan adil tanpa mendiskriminasi ras, warna kulit atau kepercayaan.

Sekarang saya akan menyebutkan secara ringkas peraturan-peraturan yang tertib dari dasar-dasar yang ditetapkan oleh Alquran mengenai suatu sistem pemerintahan:

“Pemerintah berkewajiban melindungi kehormatan, kehidupan dan harta kekayaan rakyatnya” (4:59)

“seseorang penguasa harus selamanya bertindak adil antara individu-individu dan antar bangsa (4:59)

Masalah nasional harus dipecahkan dengan musyawarah” (42:39)

“Pemerintah harus menyediakan kebutuhan-kebutuhtan pokok manusia yakni menyediakan makanan, sandang dan tempat berteduh” (106:5)

Rakyat harus disediakan lingkungan hidup yang tentram dan aman, serta kehidupan, harta, dan kehormatan mereka dilindungi”

tatanan ekonomi harus adil dan merata serta rapi.

pemeliharaan kesehatan untuk diorganisasikan.

Harus mendapat kebeasan penuh dalam manjelaskan agama” (2:257)

Bangsa yang dikalahkan harus diperlakukan dengan adil “(5:9)

Tawanan perang harus diperlakukan dengan sayang” (8:68)

Perjanjian harus selamanya dihormati

Perjanjian-perjanjian yang tak adil jangan dipaksakan kepada si lemah.

Warga negara Muslim diperintahkan untuk mentati pemerintah yan berkuasa. Satu-satunya kekecualian dari perintah ini adalah bila pemerintah dengan tegas menentang dan mencegah orang-orang Islam beribadah

Bila timbul perbedaan paham dengan penguasa maka perbedaan paham itu harus diselessaikan sesuai dengan prinsip yang diterangkan oleh Nabi saw, janganlah sekali-kali kita diayun-ambingkan oleh adat mementingkan diri sendiri.

Rakyat diperintahkan untuk membantu para panguasa dengan memberi dukungan pada rencana-recanaa yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesentosaan umum. Terlarang melancarkan gerakan yan disebut non-kooperator

Seperi itu pula halnya pemerintah-pemerintah berkewajiban untuk membantu dalam usaha yang berpaedah baik yang bersifat perseorangan ataupun bersifat kolektif dan tidak menghalangi upaya yang seperti itu.

Konsep Islam mengenai Keadilan

Sekarang saya akan menyebutkan beberapa contoh mengenai prindip-prisap Islam yang barangkali perlu mendapat penekanan khusus di dunia dewasa ini. Agama-agama lainnya tidak mengemukaakan pedoman yang komprehensif mengenai pelaksanaan keadilan dan aturan main yang bersih; dan sungguhpun kalau menyebutkan namun menyebutkan dengan perkataan yang hampir-hampir tidak dapat diterapkan kepada zaman kita sekarang ini. Pada hakikatnya beberapa bagian pengarahan-pengarahan ini tampaknya bertentangan secara langsung dengan intelek dan penalaran pada abad kita ini, dan kita tidak dapat berbuat lain selain mangambil kasimpulan bahwa ajaran-ajaran ini telah menjadi rusak atau tadinya dimaksudkan hanya untuk aplikasi lokal atau bersifat sementara. Karena agama Yahudi menampilkan Tuhan sebagai hanya Tuhan Israel dengan mengucilkan semua yang lain, maka tidaklah mengherankan kalau Judaisme bahkan menanggapi masalah hak-hak asasai manusia tidak sebagaiman harusnya.

Adapun agama Yahudi agaknya sema sekali tidak bersahabat bukan hanya terhadap orang Bukan Hindu tetapi juga terhadap orang Hindu sendiri dari kasta bawah, karena mempersempit lebih lanjut jangakuan kasih sayang Tuhan sampai ke atas sebagaian kecil umat manusia. Agama Hindu menetapkan :

“Jika seorang Brahma tidak sanggup membayar utang kepada seorang Sudra, orang-orang sudra itu tidak punya hak menagihnya. Akan tetapi jika seorang Sudra tidak sanggup membayar utang yang dipinjam dari seorang Brahma, orang Sudra itu harus bekerja sebagai kuli untuk orang-orang Brahma sampai saat ia mampu membayar utangnya secara penuh”.
(Manu Sariti 10:35)

Lagi di dalam agama Yahudi kita tidak bisa menemukan konsep keadilam terhadap musuh, dikatakan:
“Dan bila Tuhan kalian menyerahkan mereka kepada kalian dan kalian mengalahkan mereka maka kalian harus menghancurkan mereka sema sekali. Kalian tidak boleh mengadakan perjanjian dengan mereka.”

Saya sekarang akan menyebutkan secara sepintas lalu beberapa contoh ajaran Islam berkenaan dengan bidang itu. Alquran memerintahkan dan saya kutip:

“Dan apabila kamu menghakimi diantara manusia handaklah kamu membuat keputusan dengan adil (4:59)

“Jadilah kamu orang-orang yang menjadi penegak keadilan dan jadilah saksi karena Allah, walaupun perkara itu bertentangan dengan dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabat” (4:136)

“Dan janganlah permusuhan suatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlaku adilllah, itu lebih dekat kepada takwa”. (5:9)

“Dan perangilah di jalam Allah orang-orang yang memerangimu, namun jangan kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang melampaui “. (2:191)

“Dan jika mereka cenderung kepada perdamaian maka cenderung pulalah kalian kepada nya”. (8:62)

Contoh lainnya yang hendak saya sebutkan mengenai keabasahan ajaran -ajaran Islam adalah yang berhubungan dengan balas dendam dan pengampunan. Jika kita membandingkan ajaran-ajran Islam di dalam bidang ini dengan ajaran agama-agama lain, perhatian kita terpaut kepada perintah Perjanjian Lama sebagai berikut:

“Mata akan diganti mata, gigi akan diganti gigi, tangan akan ganti tangan, kaki akan ganti kaki”. (Keluaran 221: 24)

Tak ayal lagi penekanan atas balas dendam yang demikian itu menyebutkan bukan hanya kita dibuat heran, akan tetapi juga membuat hati kita sedih. Namun saya menyebut contoh ini bukan hendak mencerca agama lain tetapi hendak menunjukkan bahwa kalau ini ditinjau berdasarkan prinsi-prinsip Alquran tindakan -tindakan yang drastis serupa itu kadang-kadang dapat juga dibenarkan. Alquran dengan demikian membantu kita dalam memahami ajaran-ajaran agama lainnya yang bertentangan dengan jiwa tenggang rasa dan pengertian, hal demikian juga merupakan ciri khas Islam. Menurut Alquran balas dendam suatu ketika dibenarkan guna memenuhi kebutuhan khusus dalam satu periode tertentu. Ini diperlukan untuk membesarkan hati kaum Bani Israel untuk membuat mereka bangun dari merebut hak-hak mereka sesudah mereka menjadi korban perbudakan selama periode panjang dan sebagai natijahnya mereka menjadi bangsa penakut lalu berkembang menjadi bangsa yang mengidap kompleks rendah diri. Jelaslah bahwa di dalam situasi yang semacam itu kiranya tidaklah tepat untuk menekankan pada pengampunan, sebab hal demikian pasti membuat kaum Bani Israel lebih tenggelam ke dalam rawa-rawa dan tidak memberikan kepada mereka keyakiann dan keberanian untuk memecahkan belenggu-belenggu perbudakan. Oleh karena itu ajaran ini benar dan tepat pada situasi yang pada waktu itu ada, dan sesunguhnya ajaran itu diberikan oleh Tuhan Yang Maha Bijak.

Pada pihak lain bila kita memperhatikan Kitab Perjanjian Baru, kita dapatkan bahwa bertolak belakang dari kitab yang sebelumnya, yaitu Perjanjian Lama, Perjanjian Baru menekankan pengampunan sampai sejauh batas hingga Perjanjian Baru itu sama sekali menjauhkan kaum Bani Israel dari hak untuk bagaimanapun melampiaskan rasa dendam mereka. Alasan yang sesungguhnya untuk ini ialah dengan mengamalkan ajaran yang sebelumnya sepanjang jangka waktu yang lama, orang-oran Bani Israel telah menjadi tak berhati dan buas, dan ini dapat diobati hanya dengan menangguhkan untuk satu masa tertentu menangguhkan pelampiasan rasa dendam mereka. Itulah sebabnya Jesus memperingarkan kepada mereka:

“Kamu sudah mendengar perkataan demikian: 'mata didagnti mata dan gigi digan gigi', tetapi aku ini berkata kepadamu, 'Jangan melawan orang jahat, melainkan barang siapa yang menampar pipi kanan berilah kepadanya pipi yang sebelah lagi. Dan jikalau seorang hendak mendakwa engkau, lalu mengambil bajumu biarlah ia mengambil jubahamu juga” (Matius:38:40)

Islam mempercayai kedua ajaran yang bertentangan itu sebagai komplementer-masing-masing diizinkan sepenuhnya untuk diberlakukan-dan tiap-tiap ajaran itu cocok untuk situasi dan kondisi yang dominan pada masanya masing-masing. Oleh karena itu kedua-duanya tidak bisa mengklaim sebagai ajaran yang universal atau ajaran yang bersifat abadi. Ini sepenuhnya beralasan karena manusia masih berkembang maju sejak tahapan-tahapan awal perkembangannya dan belum lagi menjadi suatu masyarakat yang dapat dianugerahi satu hukum yang bersifat final lagi universal. Kami percaya bahwa Islam adalah hukum (syariat) yang terakhir dan Islam mengemukakan suatu ajaran yang tidak terpengaruh oleh tempat atau waktu, dan kenyataan ini cukup banyak digambarkan dalam ajarannya. Alquran mengatakan:

“Ingatlah bahwa pembalsan terhadap satu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal dengan itu, tetapi barangsiapa memaafkan dan karena itu mendatangkan perbaikan, maka ganjarannya ada pada Allah, Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim”. (42:47)

Dengan demikian Islam menggabungkan kedua hal yang terbaik dari ajaran-ajaran yang sebelumnya, disertai imbuhan yang vital bahwa memaafkan itu dianjurkan, dengan syarat bahwa tindakan itu diperhitungkan akan bisa mengakibatkan peningkatan dalam moral serta perbaikan di dalam diri orang yang bersalah. Jika tidak maka hukuman dipandang perlu, akan tetapi tidak boleh melampaui ambang batas kajahatan yang diperbuatnya. Sesungguhnya penyuluhan ini sepenuhnya sejalan dengan sifat manusia dan layak diamalkan hdari ini seperti ketika penyuluhan itu diturunkan empat belas abad yang lalu.

Beberapa Ciri Pembeda lainnya

Masalah ciri-ciri yang membedakan Islam adalah maslah yang luas sekali liputannya. Dan saya sempat membahas hanya beberapa aspek saja yang telah saya pilih untuk uraian saya ini. Waktu tidak akan mengizinkan lebih dari menyebutkan hanya sekedar sepintas lalu untuk segi-segi tertentu yan tidak ingin saya lewatkan.

1.) Islam mempercayai Tuhan sebagai Maha Pencipta alam semeta ini dan menampilkan keesaanNya dengan kata-kata yang amat bersahaja, komprehensif dan menarik. Minat seorang pedusunan ataupun seorang terpelajar. Islam menyebut Tuhan sebagai Wujud Yang Paripurna, sumber segala keindahan dan bebas dari segal cacat. Dia Wujud Yang Maha Hidup yang menjelmakan diriNya dimana-mana dan yang mencintai makhlukNya serta mendengar permohonan-permohonan mereka. Tidak ada dari antara sifat-sifatnya yang telah ditangguhkan. Oleh karena itu Dia berkomunikasi dengan makhluk manusia seperti halnya Dia berkomunikasi sebelum ini dan tidak menutup jalan untuk mencapai Dia secara langsung.

2.) Islam percaya bahwa tidak ada kontradiksi antara perkataan Tuhan dengan perbuatanNya. Dengan demikian Tuhan membebaskan kita dari permusuhan tradisional antara sains dan agama, dan tidak menghendaki kita mempercayai sesuatu yang berada di luar kawasan hukum-hukum alam yang telah ditetapkan olah-Nya. Tuhan mendorong kita untuk merenungkan perihal alam dan mengambil faedah daripadanya, sebab segala sesuatu telah diciptakan demi kepentingan umat manusia.

3.) Islam tidak mengemukakan pengakuan yang kosong melompong ataupun memaksa kita mempercayai sesuatu yang kita tidak mengerti. Islam mendukung ajaran-ajarannya dengan alasan dan keterangan yang memberi kepuasan kepada pikiran kita dan kepada dasar jiwa kita yang sedalam-dalamnya. Islam tidak berlandaskan pada mitos-mitos atau hikayat-hikayat. Islam mengundang setiap orang untuk bereksperimen bagi dirinya sendiri dan berpendirian bahwa kebenaran selamanya dapat dibuktikan dalam satu atau lain bentuk.

4.) Kitab wahyu Islam (Alquran) itu unik dan membedakan wajah agama ini dari agama-agama lainnya. Kendati musuh-musuh Islam berupaya secara terpadu selama berabad-abad, mereka tidak mampu menyamai bagian kecil sekalipun daripada kitab yag ajaib ini. Kelebihannya tidak hanya terletak hanya di dalam keunikan dan keindahan susasteranya, melainkan juga di dalam kebersahajaannya dan keluasan wawasan serta kepepakan ajarannya. Alquran memproklamasikan bahwa ajarannya adalah yang terbaik-suatu pengkuan yang tidak dibuat oleh kitab-kitab wahyu lainnya.

Alquran mangaku telah mengkombinasikan unsur-unsur ajaran samawi yang terbaik yang terdapat di dalam kitab-kitab suci terdahulu dan telah menempatkan di dalamnya semua ajaran yang abadi dan luas rangkumannya. Alquran mengingatkan:

“Sesungguhnya inilah yang diajarkan dalam kitab-kitab terdahulu, kitab-kitab suci Ibrahim dan musa” (87:19)

Sebuah ciri khas Islam yang distingtif ialah kitab sucinya itu berbahasa yang hidup. apakah tidak menimbulkan tanda tanya kalau bahasa-bahasa semua Kitab Suci lainnya itu mati atau tidak lagi dipakai secara umum? Sebuah kitab suci seharusnya mempunyai bahasa yang hidup dan berlaku abadi.

5.) Sebuah ciri pembeda lainnya dari Islam adalah nabinya telah melampaui segala tahapan pangalaman hidup manusia semenjak selaku seorang anak yang keadaannya terlantar lagi yatim piatu hingga akhirnya menjadi seorang penguasa kaumnya. Peri kehidupannya di dokumentasikan sampai sekecil-kecilnya, merefleksikan keimanan yan tiada taranya kepada Tuhan dan menggambarkan pengorbanan yang tiada hentinya pada jalanNya. Beliau menjalani hidup yang sarat dengan peristiwa dan tindakan serta meninggalkan teladan amal perbuatan yang sempurna di dalam setiap medan sepak terjang manusia. Hal demikian sangat cocok dan tepat untuk dikatakan, sebab beliau adalah tafsiran hidup Alquran dan dengan teladan pribadinya menerangi jalan tempuhan manusia untuk segala zaman mendatang-suatu peran yang tidak dipenuhi secara memadai oleh nabi lain manapun.

6.) Sebuah ciri pembeda lainnya dari Islam adalah nubuatan-nubuatannya telah menjadi kenyataan dari abad ke abad, itu telah memperkuat iman para pengikutnya kepada Tuhan Yang Maha menngetahui lagi Maha Hidup. Proses ini terus berlanjut sampai masa kini, sebagaimana dibuktikan dengan penemuan-penemuan baru-baru ini, mumi Firauan yang telah mengusir Nabi Musa dan kaumnya dari negeri Mesir. Contoh segar lainnya adalah adalah mengenai perkembangan sarana baru untuk menciptkan kehancuran, dimana api terkunci didalam partikel-paartikel kecil yang akan mengembang yang bisa menyebabkan gunung-gunung hancur lebur.

7.) Sebuah ciri khas Islam lainnya ialah bilamana Islam membahas akhirat dan kehidupan sesudah mati Islam pun meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang di dunia ini, penyempurnaan ramalan ini memperteguh keimanan pengikut-pengikutnya terhadap kehidupan sesudah mati.

8.) Islam berbeda dari agama-agama lainnya dalam menyediakan hukum muamalah yang komprehensif mengenai perilaku manusia secara individual, kolektif dan internasional. Perintah-perintah ini meliputi segala situasi dan mencakup hubungan antara kawan-kawan dan mitra-mitra serta bahkan antara lawan-lawan. Peraturan-pertauran dan prinsip-prinsip yang dinyatakan secara tegas itu benar-benara bersifat universal dan teruji ketegarannya sepanjang waktu.

9.) Islam memproklamirkan persamaan yang lengkap diantara umat manusia tanpa mengindahkan perbedaan kasta, kepercayaan, dan warna kulit. Satu-satunya tolak ukur kehormatan yang diakuinya ialah ketakwaan, bukan keturunan, kekayaan, ras dan warna kulit. Alquran mengatakan:

“Sesungguhnya ygan paling mulia diantara kalian di sisi Allah ialah yang paling bertakwa diantara kalian” (49:140)

dan lagi:

“Barangsiapa beramal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan, sedang ia orang yang beriman-mereka akan memasuki surga, mereka akan diberi rezeki di dalamnya tanpa perhitungan”. (40:41)

10.) Islam mengemukakan definisi tentang baik dan jahat yang membedakan nya dari agama-agama lainnya. Islam tidak mempercayai nafsu alami manusia sebagai jahat. Islam hanya menyebut pemuasan hawa nafsu yang tak terkendali dan tidak pada tempatnyalah sebagai jahat. Islam mengajarkan bahwa kecenderungan-kecenderungan alami kita harus diatur dan disalurkan agar membuatnya konstruktif lagi bermanfaat bagi masyarakat.

11.) Islam tidak hanya membuat kaum wanita ahli waris, namun juga telah memebrikan kepada mereka hak yang sama dengan kaum pria dan bukan dengan cara yang tidak menghargai ciri-ciri khas anatomi mereka serta tugas-kewajiban khas mereka dalam nengandung dan mengurus anak.

Agama Yang Damai


Pada akhirnya saya akan memberi kabar suka kepada semua pencari kebenaran, bahwa hanya Islam satu-satunya agama yang menjamin perdamaian di dalam segala macam suasana dan pada segala tingkatan, perseorangan, sosial, ekonomi, nasional dan supranatural. Hanya Islam menyandang nama yang secara harfiah berarti “damai” dan seorang yang menjadi Muslim ia sendiri tidak hanya memasuki sebuah pelabuhan yang aman dan damai, akan tetapi juga memberikan garansi kepada orang lain untuk menikmati perdamaian dan keamanan, serta mencegah segala tindakan yang mungkin bisa menjurus kepada tindakan yang tidak adil serta aniaya. Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa seorang Muslim adalah orang yang perkataan dan perbuatannya tidak merugikan orang lain. (Bukhari, kitabul Iman). Khutbah nabi Muhmmad saw yang berseejrah disampaiakan oleh beliau tak lama seselum beliau wafat, tak lama sesudah beliau menunaikan ibadah haji yang terkhir kali yang dikenal dengan sebuatan Hajjul Wida atau haji perpisahan-itu merupakan suatu piagam perdamaian yang abadi bagi umat manusia. Islam memerintahkan berdamai bukan hanya antara sesama manusia melainkan juga antara manusia dengan Sang Penciptanya, agar bukan saja orang lain tidak dirugikan oleh perkataan dan perbuatan seseorang Muslim dan ia sendiri aman dari kemurkaan Tuhan sebagai pembalasan atas perbuatan dosa, Jadi seorang Muslim meraih perasaan damai di dunia ini dan perasaan itu pun terbawa terus ke akhirat.

Ajaran Islam diikuti oleh bangsa-bangsa di dunia ini, ajaran itu sepenuh nya mampu menyelamtkan mereka dari konflik dan kehancuran. Islam adalah agama yang hidup dan mengaku bahwa ia mampu menciptakan hubungan dengan Tuhan seperti pada waktu-waktu dahulu. Islam tidak beranggapan bahwa wahyu dan hubungan Tuhan sebagai sesuatu yang hanya terjadi dahulu kala. Islam percaya bahwa jalan jalan kenikmatan rohani yang ditempuh oleh Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Isa dan Nabiulah Islam masih terbuka dan memanggil siapa-siapa yang mendambakan untuk menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan.

Hazrat Mirza Tahir Ahmad
Sebuah ceramah yang disampaikan
di University of canberra, Ausralia
Diterjemahkan oleh R. Ahmad Anwar. Judul Asli “Some Distinctive Features of Islam”.

0 comments:

Post a Comment

Template by:
Free Blog Templates